Mafia investasi itu kini mulai meninggalkan minyak dan melirik biji-bijian sebagai komoditi investasi. Misalnya jagung, jarak, kedelai bahkan kini gabah pun mulai di dekati. Jagung dilirik karena bisa diolah menjadi bioetanol. Nah karena biji-bijian itu beralih fungsi menjadi bahan bakar, maka harganya meningkat sehingga tak terjangkau oleh petani dan konsumen untuk digunakan sebagai sumber pangan. Dan pada akhirnya terjadilah krisis pangan.
Jika kita mau meniru Brazil yang menerapkan sistem estate untuk pertanaman kedelai, mungkin kita bisa swasembada kedelai, bahkan mampu untuk mengekspornya. Estate itu semacam sistem pertanaman monokultur pada areal yang sangat luas dan dikelola dengan manajemen yang baik, contohnya seperti kelapa sawit, coklat dan karet. Selama ini kedelai kan ditanam hanya sebagai tanaman sela diantara tanaman utama atau ditanam pada lahan sawah tadah hujan saat musim kemarau saja, sehingga kebutuhan kedelai dalam negeri belum (kalo tidak mau dikatan "tidak") mampu memenuhi permintaan pasar. Di Brazil sana, petani-petani itu mendapat berbagai tunjangan layaknya pegawai kantoran di kota, sehingga arus urbanisasi dapat ditekan dan para pemilik lahan tetap menanami lahannya.
Sebenernya Indonesia juga sudah mulai menanam kedelai demi terciptanya ketahanan pangan. Ada 5 BUMN yang bergerak dalam sektor agro/pertanian melakukan sinergi dengan menandatangani MoU untuk meningkatkan produksi kedelai nasional. Kelima BUMN tersebut adalah Perum Perhutani, PT Pertani, PT Pupuk Kujang, PT Petrokomia Gresik dan PT Sang Hyang Seri. Berita lengkapnya ada disini. Semoga saja program ini bisa berhasil. Semoga pemerintah terus memperhatikan bidang pertanian agar negara ini tidak mengalami krisis pangan. Dan semoga saja lahir kebijakan-kebijakan baru yang memihak kepada petani. (lia-clp)
0 komentar:
Posting Komentar