Pages

Banner 468 x 60px

.

14 Apr 2010

AKU BERTANYA

Aku bertanya pada terik matahari tengah hari, ‘Apa yang engkau sukai?’

Ia menjawab, “ Aku senang melihat jemuran ibu-ibu rumah rumah tangga pada kering, gabah-gabah petani yang dijemur menjadi siap giling, tanaman-tanaman tumbuh dan berkembang dengan sehat dan – meski aku kasihan – aku bangga pada para petani yang tetap tekun bekerja di sawah dengan keringat bercucuran karenaku … Sungguh, alangkah mulianya tetesan-tetesan keringat mereka

Aku bertanya pada hujan yang turun teratur, ‘Apa yang engkau sukai?’

Ia menjawab, “Aku senang karena aku bisa turun kembali ke permukaan bumi setelah aku naik dan menggantung di angkasa.. Sebagian-ku menyerap ke bawah permukaan tanah, menjadi air tanah yang kemudian diminum oleh segenap makhluk hidup yang butuh minum serta untuk keperluan lain melalui mata air, sumur galian maupun yang tersalurkan lewat jaringan pipa PDAM serta air-air dalam kemasan .. Sebagian-ku lagi mengalir dari mata air atau limpasan permukaan menuju sungai-sungai utama, kemudian terbagi ke jaringan primer, sekunder dan tersier hingga sampailah aku ke petak-petak sawah petani .. Aku membasahinya dan aku senang melihat tanaman-tanaman yang tumbuh dan berkembang sehat di atasnya .. Sungguh aku senang dan bersyukur telah menjadi bagian penting dari sesuatu yang tumbuh dan kemudian menjadi sesuatu yang sangat diperlukan bagi keberlangsungan segenap makhluk hidup di muka bumi ini

Aku bertanya pada angin yang berhembus sepoi, ‘Apa yang engkau sukai?’

Ia menjawab, “Aku senang karena bisa menyegarkan hamba Allah yang kegerahan (sumuk, jare wong Jowo), aku senang bisa membantu percikan api membakar kayu bakar ibu-ibu petani yang masak di dapur, dan aku bangga serta bersyukur karena telah mampu membawa terbang awan ke mana Tuhanku perintahkan untuk menjadi hujan di mana Ia tentukan

Aku bertanya pada api, ‘Apa yang engkau sukai?’

Ia menjawab, “Aku senang karena telah menjadi simbol energi yang telah membuat busi sepeda motor, mobil, dan lain-lain mampu menggerakkan mesin-mesinnya sehingga manusia bisa menikmati dan menggunakan sarana-sarana itu untuk mendukung aktivitas mereka .. Aku senang karena dengan sifatku masakan ibu-ibu menjadi enak untuk dinikmati suami dan anak-anak mereka, baik apakah aku dalam wujud nyala api kayu bakar, kompor minyak tanah maupun kompor gas .. Aku senang karena telah membakar batubara hingga bisa mengkondisikan uap air yang mampu menggerakkan turbin pembangkit listrik tenaga uap .. Dengan tenaga listrik, dunia ini menjadi semarak dengan berbagai aktiivitas .. (ingat, jika listrik padam maka Anda-anda yang suka OL di FB ini akan menggerutu karena PC Anda off tiba-tiba atau hape Anda tidak bisa di-charge .. Ya kan, he he ..)

Aku bertanya pada tanah (baca : permukaan bumi), “Apa yang engkau sukai?’

Ia menjawab, “Segala yang berat-berat tertimpa padaku .. Manusia berjalan hilir mudik dan kini jumlahnya mencapai 6 milyar lebih (benar nggak, kalau salah dikoreksi ya ..), hewan dan ternak yang berkeliaran mencari pakan, kendaraan-kendaraan ringan dan berat yang berlalu lalang di jalan-jalan, rumah-rumah, gedung-gedung dan bangunan-bangunan pencakar langit .. Ah, semuanya sungguh berat tak terkira .. Yah, akulah penopang sejati segala yang ada, segala yang diam dan segala yang bergerak di atasku .. Mereka semua berasal dariku dan aku merindukan mereka semua hingga pada suatu saat semuanya kembali pada ‘pelukan’ ku .. (Hiiirrrrrrrhhh, ngeri ..)

Lalu aku berjalan dan akhirnya bertemu sekumpulan orang-orang yang menamakan dirinya Tenaga Harian Lepas – Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP), ‘Apa yang kalian sukai?’

Mereka sepakat menjawab, “Kami senang dan bangga karena telah mendapatkan kesempatan untuk mengabdikan ilmu dan keahlian kami sesuai disiplin ilmu yang kami miliki ..”

‘Lalu apa harapan kalian?’, lanjutku

Mereka sepakat menjawab (dan kali ini lebih kompak), “Kami tentu sangat berharap agar kesempatan ini terus berlanjut. Kami ingin agar ruang pengabdian kami lebih optimal sehingga kinerja kami lebih maksimal. Sebagai manusia biasa kami ingin hidup dalam situasi dan kondisi yang lebih pasti. Tentu wajar dan tidak munafik bahwa kami menginginkan status profesi kami lebih pasti dari sekedar menjadi Tenaga Kontrak menjadi PNS. Itu adalah suatu kebanggaan bagi kami, karena itu bermakna kompetensi, peran dan keberadaan kami diakui secara total .. Kami telah menancapkan bendera pengabdian kami dan janganlah kami dihadapkan pada situasi dan kondisi yang membuat kami surut langkah ..
Dadaku terkesiap dan hatiku bergetar dengan jawaban tegas mereka .. Dengan penuh empati dan simpati, kujabat tangan mereka tangan seraya kukatakan , “ Bersabarlah semoga Allah berkenan menuntun tekad dan perjalanan kalian dan semoga Dia berkenan pula mengetuk hati para penentu kebijakan yang menentukan nasib kalian, hingga menjadi jelas dan terang benderang status kalian ke depan .. Jangan putus asa dan TETAP SEMANGAT.’

Aku kembali bertanya, ‘Apa yang kalian tidak sukai?’

Mereke lagi-lagi menjawab kompak, ‘Kami benci (baca : tidak suka) ketidakpastian dan sesuatu yang molor-molor ..’

‘Apa itu’, sergahku

Mereka menjawab setengah berteriak, ‘Ketidakpastian nasib dan honor yang terlambat …’
Lalu dengan susah payah kucari dan akhirnya ketemu dengan honor THL-TBPP itu dan kutanya, “Wahai Honor Sihonor, kenapa engkau terlambat menemui mereka padahal engkau sangat ditunggu-tunggu?’
Si Honor diam, tapi ia meminta secarik kertas dan ballpoint. Kuberikan, maka iapun menulis dengan lancar, “Lidahku kelu, tenggorokanku tersekat, bibirku sariawan, aku panas dalam .. AKU NGGAK BISA JAWAB !!!!!!!’
(kontributor :Ir. Nur Samsu, THL-TBPP 2008 BPP Paiton – Kabupaten Probolinggo untuk http://thl-tbpp.blogspot.com/)